Sejarah Asal Usul dan Kebudayaan Suku Aceh

Sejarah Asal Usul dan Kebudayaan Suku Aceh 

Aceh merupakan salah satu wilayah Indonesia yang letaknya berada di bagian paling ujung sendiri dari rangkaian kepulauan Nusantara. Aceh atau yang juga dikenal dengan Nanggroe Aceh Darussalam merupakan suku pribumi yang memiliki akar sejarah istimewa bagi Indonesia. Aceh juga mendapat julukan serambi Mekkah, hal ini dikarenakan Aceh memiliki nilai ideologis islam yang melekat dan begitu kental dalam kehidupan masyarakatnya.
Selain itu, Aceh juga memiliki banyak budaya khas seperti  10 kebudayaan Aceh yang akan dipaparkan di bawah ini. Mulai dari bahasa yang digunakan, pakaian adat, tari-tarian, rumah adat, dan masih banyak lagi. Aceh sendiri menurut sejarah menyatakan bahwa masyarakatnya sebagian besar adalah sebagai pendatang yang datang dari berbagai asal kemudian menetap dan tinggal di Aceh tersebut. Namun di antara para pendatang tersebut, kabarnya sukun Aceh tertua berasal dari Suku Mante yang berasal dari Melayu.
Tidak sedikit juga masyarakat Aceh yang merupakan keturunan India, Arab, Persia maupun Turki. Hal ini karena terjalinnya pernikahan dari para pedagang yang masuk ke tanah Aceh dan menikah dengan penduduk Aceh tersebut. Menarik sekali bukan cerita tentang Aceh ini?. Bisa dibayangkan akan bagaimana indahnya kebudayaan-kebudayaan daerah yang ada di Aceh?. Langsung saja, berikut artikel kebudayaan Aceh yang menarik sekali untuk Anda ketahui untuk memperluas wawasan tentang keanekaragaman budaya Nusantara.

Macam-macam Budaya Aceh:

  1. Rumah Adat.
  2. Pakaian Adat.
  3. Upacara Perkawinan.
  4. Upacara Peusijeuk.
  5. Tarian Adat.
  6. Senjata Adat.
  7. Makanan Adat.
  8. Suku Adat.
  9. Bahasa Daerah.
  10. Lagu Daerah.

Suku Aceh dalam bahasa Aceh disebut Ureuëng Acèh. Suku ini merupakan suku penduduk asli yang mendiami wilayah pesisir dan sebagian pedalaman Aceh, Sumatra, Indonesia. Mayoritas suku Aceh beragama Islam. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Aceh, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat dan berkerabat dekat dengan bahasa Cham yang dipertuturkan di Vietnam dan Kamboja.

Suku Aceh sebenarnya merupakan keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa yang menetap di tanah Aceh yang terikat dengan kesatuan   budaya suku Aceh terutama ialah dalam bahasa, agama, dan adat khas Aceh.

Zaman dahulu kaum suku Aceh hidup secara matrilokal dan komunal. Mereka tinggal di pemukiman yang disebut gampong. Persekutuan dari gampong-gampong membentuk mukim. Masa keemasan budaya Aceh dimulai pada abad ke-16, ketika kejayaan kerajaan Islam Aceh Darussalam yang mencapai puncaknya pada abad ke-17. Orang Aceh sangat taat pada ajaran agama Islam, dan juga sebagai pejuang militan dalam melawan penaklukan colonial Portugis dan Belanda.


Asal keturunan


Menurut bukti-bukti arkeologis, awalnya penghuni Aceh adalah dari masa pasca Plestosen, di mana mereka tinggal di pantai timur Aceh (daerah Langsa dan Tamiang), dan menunjukkan ciri-ciri Australomelanesid. Mereka terutama hidup dari hasil laut, terutama berbagai jenis kerang, serta hewan-hewan darat seperti babi dan badak. Pada saat itu mereka sudah menggunakan api dan menguburkan mayat dengan upacara tertentu.

Selanjutnya pembentukan suku-suku Aceh terjadi ketika perpindahan suku-suku asli Mantir dan Lhan (proto Melayu), serta suku-suku Champa, Melayu, dan Minang (deutro Melayu) yang datang dan membentuk penduduk pribumi Aceh. Selain itu bangsa asing, seperti bangsa India selatan, serta sebagian kecil bangsa Arab, Persia, Turki, dan Portugis juga merupakan bagian komponen pembentuk suku Aceh. Posisi strategis Aceh di bagian utara pulau Sumatra, selama beribu tahun telah menjadi tempat persinggahan dan percampuran berbagai suku bangsa, yaitu dalam jalur perdagangan laut dari Timur Tengah hingga ke Cina. Sehingga rakyat aceh banyak merupakan campuran dari bangsa-bangsa lain.


Suku Bangsa

Provinsi Aceh terdiri dari 9 suku asli, yaitu Aceh (mayoritas), Tamiang (Kabupaten Aceh Timur Bagian Timur), Alas (Kabupaten Aceh Tenggara), Aneuk Jamie (Aceh Selatan), Naeuk Laot, Semeulu, dan Sinabang. Penduduk aceh merupakan keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa. Leluhur orang aceh berasal dari semennajung Malaysia, Cham, Cohcin Ciana, dan Kamboja.
Disamping itu banyak pula keturunan bangsa asing di tanah Aceh, diantaranya:
  • Bangsa Arab
  • Bangsa India
  • Tiongkok
  • Bangsa Persia
  • Bangsa portugis

Bahasa

Senjata tradisional yang dipakai oleh penduduk Aceh adalah rencong. Wilahan rencong terbuat dari besi dan biasanya bertuliskan ayat-ayat Al Quran , bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang).
Rencong memiliki tingkatan; untuk raja atau sultan biasanya sarungnya terbuat dari gading dan mata pisaunya dari emas dan berukirkan sekutip ayat suci dari Alquran agama Islam. Sedangkan rencong-rencong lainnya biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai belatinya. Seperti kepercayaan keris dalam masyarakat Jawa, masyarakat tradisional Aceh menghubungkan kekuatan mistik dengan senjata rencong. Rencong masih digunakan dan dipakai sebagai atribut busana dalam upacara tradisional Aceh.
Masyarakat Aceh mempercayai bahwa bentuk dari rencong mewakili simbol dari basmalah dari kepercayaan agama Islam. Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh juga dikenal dengan sebutan “Tanah Rencong”. Selain rencong, rakyat Aceh mempergunakan pula pedang dengan nama pedang daun tebu, pedang oom ngom dan reudeuh. Pedang daun tebu dipakai oleh pamglima perang dan reudeuh oleh para prajurit.
 
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Aceh, yang termasuk dalam kelompok bahasa Aceh-Chamik, cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia dan bahasa Austronesia. Bahasa Aceh memiliki kekerabatan terdekat dengan bahasa Cham, Roglai, Jarai, Rhade, Chru, Utset dan bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Chamik, yang dipertuturkan di Kamboja, Vietnam, dan Hainan. Adanya kata-kata pinjaman dari bahasa bahasa Mon-Khmer menunjukkan kemungkinan nenek-moyang suku Aceh berdiam di Semenanjung Melayu atau Thailand selatan yang berbatasan dengan para penutur Mon-Khmer, sebelum bermigrasi ke Sumatera.

Kosakata bahasa Aceh juga banyak diperkaya oleh bahasa Sanskerta dan bahasa Arab. Selama berabad-abad bahasa Aceh juga banyak menyerap dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu dan bahasa Minangkabau adalah kerabat bahasa Aceh-Chamik yang selanjutnya, yaitu sama-sama tergolong dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat.

Rumah Adat
Rumoh Aceh

Rumah adat Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat Aceh dibuat dari kayu meranti dan berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu Seuramoe Keu (serambi depan), Seuramoe Inong (serambi tengah) dan Seuramoe Likot (serambi belakang). Selain itu ada pula rumah adat berupa lumbung padi yang dinamakan Krong Pade atau Berandang.
Rumoh Aceh bukan sekadar tempat hunian, tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap alam. Oleh karena itu, melalui Rumoh Aceh kita dapat melihat budaya, pola hidup, dan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat Aceh. Adaptasi masyarakat Aceh terhadap lingkungannya dapat dilihat dari bentuk Rumoh Aceh yang berbentuk panggung, tiang penyangganya ang terbuat dari kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan atapnya dari rumbia. Pemanfaatan alam juga dapat dilihat ketika mereka hendak menggabungkan bagian-bagian rumah, mereka tidak menggunakan paku tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan. Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap daun rumbia, dan tidak menggunakan paku, Rumoh Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun.
Rumah tradisional lainya yaitu Rumoh cut Meutia rumah ini mempunyai 16 tiang sanggah, berdinding kayu, berukir khas aceh dan mempunyai keunikan pintu masuk terletak dilantai. Fungsi pintu ini agar orang sulit masuk kerumah tersebut. Konon hal ini berfungsi untuk keamanan.


Senjata Tradisional


Senjata tradisional rakyat Aceh adalah Rencong.
Senjata tradisional yang dipakai oleh penduduk Aceh adalah rencong. Wilahan rencong terbuat dari besi dan biasanya bertuliskan ayat-ayat Al Quran , bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang).
Rencong memiliki tingkatan; untuk raja atau sultan biasanya sarungnya terbuat dari gading dan mata pisaunya dari emas dan berukirkan sekutip ayat suci dari Alquran agama Islam. Sedangkan rencong-rencong lainnya biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai belatinya. Seperti kepercayaan keris dalam masyarakat Jawa, masyarakat tradisional Aceh menghubungkan kekuatan mistik dengan senjata rencong. Rencong masih digunakan dan dipakai sebagai atribut busana dalam upacara tradisional Aceh.
Masyarakat Aceh mempercayai bahwa bentuk dari rencong mewakili simbol dari basmalah dari kepercayaan agama Islam. Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh juga dikenal dengan sebutan “Tanah Rencong”. Selain rencong, rakyat Aceh mempergunakan pula pedang dengan nama pedang daun tebu, pedang oom ngom dan reudeuh. Pedang daun tebu dipakai oleh pamglima perang dan reudeuh oleh para prajurit.

Tarian


Tarian tradisional di Aceh



Tarian tradisional yang terdapat di Aceh menggambarkan warisan adat, agama, dan cerita rakyat setempat. Umumnya tarian Aceh dibawakan secara berkelompok, di mana sekelompok penari berasal dari jenis kelamin yang sama, dan posisi menarikannya ada yang berdiri maupun duduk. Bila dilihat dari musik pengiringnya, tari-tarian tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu yang diiringi dengan vokal dan perkusi tubuh penarinya sendiri, serta yang diiringi dengan ensambel alat musik.


Tarian Adat 


Selain memiliki kekayaan berupa tempat tinggal dan pakaian khas kedaerahanya. Aceh juga memiliki beberapa tarian adat seperti:

  1. Tari Seudati, berasal dari arab dengan latar belakang agama islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di Aceh.
  2. Tarian Saman Meuseukat, dilakukan  dalam posisi duduk berbanjar dengan ajaran kebajikan, terutama ajaran agama islam. Tari saman ini juga memiliki makna nya tersendiri, bagaimana makna tari saman yang penuh sarat religi. Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh Saman, beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh dengan iringan gerakan–gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana menjadi gembira, gerakan tepukan dada,tepukan diatas lutut, mengangkat tangan secara bergantian dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
  3. Tarian Ranum lam puan, merupakan Tari yang sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
  4. Tari Rebana, merupakan tari kreasi yang menekankan pada keterampilan memainkan alat musik “rebana” dalam mengiringi gerak-gerak lincah khas Aceh. Tari ini biasa ditampilkan dihadapan tamu-tamu agung.
  5. Tarian Pukat, adalah tarian yang melambangkan kehidupan para nelayan dari pembuatan pukat hingga mencari ikan.
    Tarian  Tarek pukat
selain itu, berikut jenis-jenis tari yang lain terdapat di Aceh:
  1. Tari Rateb Meuseukat
  2. Tari Likok Pulo
  3. Tari Laweut
  4. Tari Pho
  5. Tari Ratoh Duek
  6. Tari Tarek Pukat
  7. Tari Rabbani Wahed
  8. Tari Ranup lam Puan
  9. Tari Rapa'i Geleng

    PAKAIAN ADAT


    Pakaian adat yang dikenakan pria Aceh adalah baju jas dengan leher tertutup (jas tutup), celana panjang yang disebut cekak musang dan kain sarung yang disebut pendua. Kopiah yang dipakainnya disebut makutup dan sebilah rencong terselip di depan perut. Wanitanya memakai baju sampai kepinggul, celana panjang cekak musang serta kain sarung sampai lutut. Perhiasan yang dipakai berupa kalung yang disebut kula, pending atau ikat pinggang, gelang tangan dan gelang kaki. Pakaian ini dipergunakan untuk keperluan upacara pernikahan.

    UPACARA TEPUNG TAWAR / PEUSIJUEK

    Tradisi Peusijuek Dalam Budaya Masyarakat Aceh merupakan salah satu ritual yang sering dilakukan di hampir semua kegiatan adat masyarakat Aceh. Namanya adalah Tradisi Peusijuek.


    UPACARA TEPUNG TAWAR / PEUSIJUEK
    Apakah tradisi Peusijuek itu?

    Peusijuek adalah salah satu ritual atau prosesi adat dalam budaya masyarakat Aceh. Tradisi ini biasanya dilakukan untuk memohon keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan dalam kehidupan. Tradisi Peusijuek merupakan salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu, dan masih sering dilakukan hingga sekarang. Tradisi ini biasanya sering dilakukan di hampir semua kegiatan adat masyarakat Aceh, seperti pernikahan adat, perayaan adat, syukuran dan upacara adat lain-lain.

    Asal Usul Tradisi Peusijuek
    Tradisi Peusijuek ini merupakan salah satu tradisi lama masyarakat Aceh. Menurut sejarahnya, Tradisi Peusijuek ini merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Hindu. Kebudayaan Hindu di Aceh sendiri disebabkan karena hubungan antara Aceh dan India di masa lampau, sehingga secara tidak langsung budaya Hindu yang dibawanya mulai mempengaruhi kebudayaan masyarakat Aceh. Salah satunya adalah dengan adaya Tradisi Peusijuek ini. Kata “Peusijuek” sendiri diambil dari kata “sijue’”, yang dalam bahasa Aceh berarti “dingin”. Sehingga dapat juga diartikan mendinginkan atau menyejukan.

    Pada saat itu upacara peusijuk yang dilaksanakan masih menggunakan mantra atau doa-doa tertentu. Namun semenjak masuknya agama Islam di Aceh, tradisi tersebut kemudian diubah dengan memasukan unsur keIslaman didalamnya seperti doa-doa keselamatan, shalawat, doa-doa dalam ajaran Islam lainnya. Walaupun begitu prosesi pelakasanaan Peusijuek ini masih tetap dipertahankan hingga seperti bentuk yang sekarang.

    Fungsi Tradisi Peusijuek

    Dalam budaya masyarakat Aceh, tradisi Peusijuek pada dasarnya difungsikan untuk memohon keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan dalam kehidupan. Namun fungsi peusijeuk ini juga dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya seperti, Peusijuek meulangga (saat perselisihan), Peusijuek pade bijeh (mulai menanam padi), Peusijuek tempat tinggai (menghuni rumah baru), Peusijuek peudong rumoh (membangun rumah), Peusijuek kaurubeuen (saat berkurban), Peusijuek kendaraan, Peusijuek naik haji, Peusijuek khitan, dan Peusijuek pernikahan.

    Pelaksanaan Tradisi Peusijuek

    Pelaksanaan ritual Peusijuek biasanya dilakukan oleh tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan oleh masyarakat. Hal ini diharuskan karena tradisi Peusijuek merupakan ritual yang dianggap sakral, sehingga untuk melakukannya haruslah orang yang paling mengerti tentang doa-doa dan prosesi dalam ritual tersebut. Apa bila orang yang diPeusijuek adalah kaum laki-laki, biasanya adakan dilakukan oleh Teungku atau Ustadz. Sedangkan apa bila yang diPeusijuek adalah kaum perempuan, maka akan dilakukan oleh Ummi atau seorang wanita yang dituakan oleh masyarakat.

    Dalam pelaksanaan tradisi Peusijuek ini ada 3 hal yang paling penting, yaitu perangkat alat serta bahan peusijuek, gerakan, dan doa. Untuk perangkat dan bahan Peusijuek biasanya terdiri dari talam, bu leukat (ketan), u mirah (kelapa merah), breueh pade (beras), teupong taweue (tepung yang dicampur air), on sisikuek( sejenis daun cocor bebek), manek manoe (jenis daun-daunan), naleueng sambo (sejenis rumput), glok (tempat cuci tangan) dan sangee (tudung saji). Bagi masyarakat Aceh, setiap bahan Peusijuek ini memiliki filosofi dan arti khusus di dalamnya.
    Perangkat Alat Dan Bahan Peusijuek
    Gerakan memercikan peusijuk juga merupakan salah satu hal yang sangat penting, karena sifatnya yang sakral sehingga untuk melakukannya tidak boleh salah. Gerakan tersebut biasanya dilakukan dari kiri ke kanan dan dari kanan  ke kiri, serta sesekali juga dilakukan dengan gerakan menyilang. Gerakan dalam memercikan peusijuk ini tentunya juga mempunyai filosofi dan makna khusus di dalamnya.

    Doa merupakan unsur terpenting dalam tradisi ini, karena inti dari upacara Peusijuek adalah memohon kepada tuhan agar diberikan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan  bagi yang membuat acara. Doa yang digunakan merupakan doa dalam ajaran agama Islam yang sering digunakan dalam tradisi Peusijuek. Oleh karena itulah yang melakukan upacara tersebut harus tokoh agama atau adat yang sudah paham dan dipercaya oleh masyarakat.

    Makna Tradisi Peusijuek

    Sebagai salah satu warisan budaya, tradisi Peusijuek sangat kaya akan nilai-nilai dan makna khusus di dalamnya. Bagi masyarakat Aceh, tradisi Peusijuek dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat dan kebahagaiaan yang diberikan kepada mereka. Selain itu tradisi ini juga sekaligus menjadi permohonan serta harapan agar selalu memperoleh keselamatan, keberkahan dan kesejahteraan.

    Perkembangan Tradisi Peusijuek

    Dalam perkembangannya, tradisi Peusijuek masih terus dilestarikan dan dipertahankan hingga sekarang. Tradisi ini masih sering dilakukan di berbagai acara adat seperti pernikahan, selamatan, perayaan dan acara adat Aceh lainnya. Walaupun ada beberapa orang menganggap tradisi peusijuk ini hampir mirip dengan tradisi agama Hindu, namun dalam segi cara, isi dan tujuannya sangat berbeda berbeda.

    Masyarakat Aceh percaya, bahwa tradisi Peusijuek ini merupakan hasil kearifan budaya local yang diajarkan nenek moyang mereka. Dimana budaya dan agama harus dijalankan secara berdampingan dengan segala kebaikan yang ada di dalamnya. Sehingga yang harus hormati dan dijaga keberadaannya.

    Sekian pengenalan tentang “Tradisi Peusijuek Dalam Budaya Masyarakat Aceh”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang tradisi dan budaya masyarakat di Indonesia                                                                                                                                                                                                                                                                                         MAKANAN KHAS ACEH 

     Apa saja makanan tradisional khas Aceh tersebut, yaitu :

    1. Mie Aceh
    Mie Aceh, satu jenis kuliner yang menggoda dari Aceh, dapat dicicipi dengan dua cara, yakni di goreng atau direbus alias menggunakan kuah. Untuk rasa bisa memilih sendiri, apakah ingin pedas atau tidak. Sebagai variasi bisa meggunakan kepiting, daging atau seafood. Variasi inilah yang nanti menentukan nama mienya.

     2. Kuah Pliek U
    Kuah Pliek U
    Kuah Pliek 'U adalah makan aceh yang sangat populer dengan campuran berbagai rasa dan kaya akan vitamin serta zat-zat yang bisa meningkatkan gairah dan kekebalan tubuh. 
    Selain itu juga Kuah Pliek 'U juga merupakan makanan yang melambangkan kekerabatan dan keanekaragaman dalam masyarakat Aceh yang dapat disatukan dalam satu kuali, sehingga mengasilkan rasa yang unik dan digemari oleh seluruh masyarakat di luruh dunia. kuah Pliek 'U juga merupakan media memperkenalkan hasil alam Aceh yang begitu kaya akan jenis sayurnya sehingga dengan menyantap kuah Piek 'U berarti kita telah menyantap seluruh sayuran yang ada di Aceh. Masakan ini wajib dimakan, karena pergi ke Aceh tanpa makan Kuah Pliek 'U, sama seperti belum pergi ke Aceh. Masakan ini sangat mudah didapatkan, 90% rumah makan di Aceh pasti menyediakan Kuah Pliek 'U.
    3. Gulai Kambing
    Kuah sie kameng
    Gulai kambing Aceh mempunyai rasa yang khas, karena memakai bumbu khas Aceh. dimasak dengan menggunakan kuali besi yang besar dan terus di panaskan. Artinya kapanpun anda pesan gulai kambing selalu dihidangkan dalam keadaan panas, daging kambing nya pun empuk dan tidak bau. Anda juga akan di hidangkan daging rebus cincang yang di campur dengan bawang dan cabe rawit tumbuk serta jeruk nipis sebagai pelengkap gulai kambing. Kalo berkunjung ke Banda Aceh jangan lupa untuk mencicipi hidangan yang satu ini.
    4. Kuah Masam Keu-eung

    Kuah Asam keu eng

    Masakan Asam Pedas adalah masakan yang ada hampir diseluruh Indonesia, bahkan Asia Tenggara dengan nama bermacam-macam. Di Aceh Masakan ini bernama Asam Keueung atau Masam Keueung yang arti secara harfiah adalah Masam Pedas.
    5, Kuah Sie Itek
    Kuah Sie Itek
    Masakan Itik atau Bebek sangat banyak ragam dan macamnya di Nusantara. Tapi yang ini jelas beda karena masakan bebek ini punya resep sendiri dari Aceh. Gule itek dari Aceh yang paling terkenal dating dari Bireun di daerah ini bumbunya sangat terasa. Penasaran? Anda bisa langsung mencobanya di restoran-restoran khas Aceh yang ada di sekitar tempat tinggal anda
    .
    6. Rujak Aceh
    Rujak Aceh
    Anda tentu tak asing lagi dengan rujak. Kudapan sehat itu terbuat dari aneka buah segar yang dicocol dengan sambal gula merah yang menggoda. Namun, pernahkah Anda mencoba rujak Aceh? Berbeda dengan rujak yang biasa kita makan, rujak Aceh ini memiliki ciri khas tersendiri yang membuat rasanya berbeda dan rujak pada umumnya.
    Yang membuat rujak Aceh berbeda adalah buah yang dipakai. Rujak Aceh menggunakan buah rumbia khas Aceh. Buah yang daunnya digunakan untuk membuat atap rumah ini diserut bersama buah-buahan lainnya.
    Rujak Aceh sudah menjadi makanan tradisional di daerah ini sejak lama. Makanan ini nikmat dimakan dalam keadaan dingin atau dicampur dengan es serut dengan siraman saus rujak dan dinikmati di siang hari yang terik.
    7. Ungkot Kemamah
    Ungkot Kemamah
    Ungkot Kemamah merupakan masakan khas Aceh lainnya dengan cita rasanya yang sangat menantang. Persis seperti bentuknya, ikan kemamah terbuat dari ikan tuna yang telah direbus dan dikeringkan yang kemudian diiris-iris. Ikan kemamah dapat dimasak dengan menggunakan berbagai bahan masakan, seperti santan kelapa, kentang, cabai hijau dan bahan rempahan lainnya. Selama perang Aceh melawan Belanda di hutan belantara, jenis masakan ini sangat terkenal karena sangat mudah dibawa dan dimasak.
    8. Kue Timphan

    Kue Timphan
    Hidangan kue khas Aceh disaat lebaran atau hari raya baik hari raya Idul fitri maupun Idul Adha, Timphan ini dibuat 1 atau 2 hari sebelum lebaran dan daya tahannya bisa mencapai lebih kurang seminngu,Timphan adalah menu hidangan utama buat tamu yang berkunjung kerumah saat lebaran.
    Timphan yang merupakan makanan lembek berbalut daun pisang muda ini yang paling terkenal adalah Timphan rasa srikaya. Sebelum menjelang lebaran bisanya ibu-ibu sudah menyiapkan daun pisang muda baik memetik di kebun atau beli dipasar
    9. Kopi Aceh
    Kopi Aceh
    Jangan mengaku pecandu kopi jika belum pernah merasakan nikmat dan kedahsyatannya kopi Aceh. Aceh dari dulu memang terkenal sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia, dengan cita rasanya yang khas dan aroma yang kuat, seperti kopi Aceh Gayo.
    Kopi Aceh pada dasarnya sama dengan kopi-kopi pada umumnya. Namun, karena cara penyajiannya yang agak berbeda, kopi Aceh memiliki perbedaan rasa malah di dalamnya terdapat kandungan antitoksin, menambah stamina tubuh dan dapat mengencangkan kulit.
    Kopi aceh sangat spesial rasanya karena Anda tidak akan menemukan kopi senikmat kopi aceh di daerah manapun di Indonesia. Hal menarik saat menikmati kopi di Aceh adalah dengan bersantai dan bercanda dengan teman-teman dan kerabat. Menikmati kopi di Aceh adalah pengalaman yang unik dan langka.

    LAGU ADAT ACEH 

    Kumpulan Lagu-lagu Tradisional Daerah Aceh, Lengkap dengan Videonya

    Lagu Tradisional Daerah Aceh

    Lagu Tradisional Daerah Aceh Aceh merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia. Letak provinsi Aceh berada di bagian ujung utara pulau Sumatera. Aceh juga salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kaya dengan seni dan budayanya. Provinsi memiliki seni dan budaya yang khas, salah satunya adalah lagu daerah. Berikut lagu-lagu daerah Aceh.
    1. Bungong Jeumpa

    Bungong jeumpa, bungong jeumpa meugah di aceh …
    Bungong teuleubeh-teuleubeh indah lagoina
    Bungong jeumpa, bungong jeumpa meugah di aceh …
    Bungong teuleubeh-teuleubeh indah lagoina
    Puteh kuneng , meujampu mirah
    Bungong si ulah indah lagoina
    Puteh kuneng , meujampu mirah
    Bungong si ulah indah lagoina
    Lam sinar buleun, lam sinar buleun angen peu ayon ..
    Duroh meususon , meususon yang mala mala
    Mangat that mubee , meunyo tatem com
    Leumpah that harom si bungong jeuma
    Mangat that mubee , meunyo tatem com
    Leumpah that harom si bungong jeumpa

    2. Aceh Lon Sayang

    Daerah Aceh, tanoh lon sayang
    nibak tempat nyan, lon udep matee
    Tanoh keuneubak, indatu moyang
    lampoh deungon blang, luah bukeon lee
    Tanoh keuneubak, indatu moyang
    lampoh deungon blang, luah bukeon lee
    Keureuja udep, na so peutimang
    na so peuseunang, keureuja matee
    Hate nyang susah, lon rasa seunang
    aceh lon sayang, sampo’an matee
    Hate nyang susah, lon rasa seunang
    aceh lon sayang, sampo’an matee

    3. Tawar Sedenge

    Engon ko so tanoh Gayo
    Si megah mu reta dele
    Rum batang uyem si ijo kupi bako e
    Pengen ko tuk ni korek so
    Uwet mi ko tanoh Gayo
    Seselen pumu ni baju netah dirimu
    Nti daten bur kelieten
    Mongot pude deru
    Oya le rahmat ni Tuhen ken ko bewenmu
    Uwetmi ko tanoh Gayo
    Semayak bajangku
    Ken tawar roh munyang datu uwetmi masku
    Ko matangku si mumimpim
    Emah ko uyem ken soloh
    Katiti kiding nti museltu
    ilahni dene
    Wo kiding kao ken cermin
    Remalan enti berteduh
    Nti mera kao tang duru
    Bon jema dele
    Nti osan ku pumun jema
    Pesaka si ara
    Tenaring ni munyang datu ken ko bewen mu
    Uwet mi ko tanoh Gayo
    Ko opoh bajungku
    Ken tawar’n roh munyang datu
    uwetmi masku

    4. Aneuk Yatim

    Jinoe lon kisah saboh riwayat
    Kisah baro that di Aceh raya
    Lam karu Aceh .. Acehh timu ngon barat
    Ngon barat
    Di saboh tempat … tempat muno calitra
    Na sidroe aneuk jimoe siat at
    Lam jiep jiep saat saat dua ngon poma
    Ditanyong bak mak bak ma ayah jino pat ..
    Jino pat?
    Ilon rindu that..rindu that
    Keuneuk eu rupa
    Nyo mantong hudep meupat alamat
    Ulon jak seutot..jak seutot oh watee raya
    Nyo ka meninggai..meuninggai
    Meupat keuh jirat..ouh jirat
    Lon keuneuk jak siat..jak siat lon baca do’a
    Udep di poma oh tan lee ayah
    Lon jak tueng upah tueng upah
    Lon bri bu gata
    Ka naseb tanyo geutanyo
    Kehendak bak Allah..bak Allah
    Adak pih susah..susah tetap lon saba
    Seu’eut le poma..aneuk meutuah
    Kehendak bak Allah..bak Allah geutanyo saba
    Bek putoh asa..hai asa cobaan Allah..Ya Allah
    Saba ngon tabah..ngon tabah dudo bahgia
    Talakee doa..taniet bak Allah
    Ubee musibah..musibah bek le trok teuka
    Aceh beu aman..beu aman bek lee ro
    Darah..ro darah
    Seuramoe mekkah..mekkah beu kong agama
    Seuramoe mekkah..mekkah beu kong agama



     

     sekiannn ...

 

 

0 comments:

Post a Comment